Oleh : Adrinal Tanjung
Terus menulis dan memilih jalan sunyi literasi di tengah era disrupsi bukanlah pilihan yang mudah. Di saat dunia dipenuhi riuhnya distraksi digital, memilih untuk tetap bertahan di jalur ini—di sela tugas sebagai abdi negara—adalah keputusan yang menantang sekaligus membahagiakan.
Sudah hampir dua dekade saya menapaki jalan ini. Perjalanan panjang yang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga keberanian untuk tetap berdiri ketika kelelahan datang, dan keteguhan hati saat sunyi seolah menjadi teman paling setia.
Tak sedikit tenaga yang telah dikeluarkan demi menjaga nyala semangat berkarya. Waktu yang dicuri dari kesibukan, bahkan biaya yang tak jarang diambil dari kocek pribadi, semuanya adalah bagian dari investasi sunyi. Sebuah pengorbanan yang diniatkan bukan untuk popularitas, melainkan agar karya yang dihasilkan bisa bernilai, berdampak, dan suatu saat dapat dikenang.
Menulis, bagi saya, bukan sekadar menuangkan kata. Ia adalah ikhtiar untuk mencatat zaman, menyampaikan pemikiran, dan membangun kesadaran. Ia adalah bentuk perlawanan terhadap lupa, sekaligus cara sederhana untuk berkontribusi dalam membentuk peradaban. Dan saya sadar, tidak ada jalan yang mudah untuk perjuangan semacam ini. Tapi langkah ini tak mungkin berhenti, karena bagi saya, berkarya adalah bagian dari hidup yang tak bisa dipisahkan.
Namun saya tidak sendiri. Di sepanjang perjalanan ini, selalu ada tangan-tangan yang menopang, memberi semangat, dan membantu saya bertahan. Dukungan dari rekan, sahabat, pejabat yang tergerak hatinya dan para pembaca menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai. Ada yang membantu dengan donasi untuk penerbitan buku, berapa pun jumlahnya. Ada pula yang membeli buku, bukan semata karena isinya, tapi sebagai bentuk dukungan untuk keberlangsungan mimpi ini.
Tanpa mereka, mungkin langkah ini sudah goyah. Tapi bersama mereka, saya belajar bahwa beban menjadi lebih ringan, jalan terasa lebih lapang, dan semangat untuk berkarya tetap terjaga.
Bersama, menjadi lebih ringan.
Bersama, menjaga agar jalan sunyi literasi ini tetap hidup dan bernyawa.
Semoga langkah ini tetap istiqamah. Semoga karya-karya kecil yang lahir dari perjuangan panjang ini dapat memberi makna dan manfaat bagi banyak orang. Karena sejatinya, setiap kata yang ditulis dengan keikhlasan, akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai ke relung hati.
Bekasi, 15 Juli 2025
