Oleh : Adrinal Tanjung
“Jangan pernah meremehkan kebaikan kecil. Kadang, dari situlah jejak pengaruh besar dimulai.” — Gus Mus (KH. Mustofa Bisri)
Ada orang-orang yang tak sering kita temui, namun keberadaannya terasa akrab dan penuh makna. Mereka hadir bukan karena intensitas pertemuan, melainkan karena ketulusan, perhatian, dan dukungan yang mereka berikan tanpa banyak kata.
Saya tidak begitu ingat kapan pertama kali mengenal sosok yang ramah dan good looking ini. Barangkali lewat media sosial Facebook—ruang maya yang dulu cukup aktif saya kunjungi, untuk berbagi tulisan, pandangan, dan refleksi. Di sanalah nama Alfian beberapa kali hadir di linimasa saya. Melalui komentar bijak, unggahan yang mencerahkan, dan percakapan singkat namun bermakna.
Beliau adalah sosok aparatur sipil negara yang tak hanya berdinas, tetapi menghidupkan nilai-nilai kebaikan dan keteladanan. Saat ini, Alfian menjabat sebagai Asisten di Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, setelah sebelumnya dipercaya sebagai Penjabat Bupati Kayong Utara—amanah besar yang dijalankan dengan kesungguhan dan pendekatan yang tetap membumi.
Namun sebelum semua itu, Alfian menapaki kariernya dari bawah, seperti PNS lainnya. Beliau memulai pengabdiannya di Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dari posisi staf. Dengan ketekunan, loyalitas, dan kinerja yang konsisten selama lebih dari 30 tahun, perlahan tanggung jawab demi tanggung jawab mulai dipercayakan kepadanya.
Jabatan struktural pun diraih bertahap—mulai dari eselon IV, eselon III, hingga akhirnya menduduki jabatan eselon II sebagai Pejabat Tinggi Pratama di lingkungan Pemprov Kalbar. Perjalanan panjang itu tidak hanya menunjukkan jejak birokrasi, tetapi juga mencerminkan karakter kuat dalam diam, tekun dalam proses, dan setia pada nilai-nilai pelayanan.
Apa yang membuat saya pribadi merasa dekat dengan beliau, bukan hanya soal jabatan atau status, tetapi karena dukungan tulusnya terhadap dunia literasi dan penulisan yang saya jalani. Pak Alfian pernah memesan buku-buku yang saya tulis, memberi apresiasi dan dorongan yang berarti.
Bahkan, beliau pernah mengundang saya untuk menjadi narasumber dalam sebuah talkshow literasi—undangan yang dengan sangat menyesal tidak bisa saya penuhi karena ada agenda lain di waktu yang sama. Saat itu beliau menjabat sebagai Kepala BPSDM Kalimantan Barat. Meski begitu, semangat dan kepercayaan beliau tetap terasa. Beliau terus hadir sebagai sahabat yang mendukung, bukan sekadar mengamati dari jauh.
Seingat saya, pertemuan langsung pertama kami terjadi di Pontianak, sekitar tahun 2018. Pertemuan singkat yang membekas. Selebihnya, komunikasi berjalan lewat pesan WhatsApp—saling menyapa, saling tanya kabar, dan saling berbagi semangat di tengah kesibukan masing-masing.
Kemudian, tanpa diduga, kami kembali bertemu pada tahun 2023, saat sama-sama menjalankan tugas ke Batam. Perjumpaan itu seperti menyambung kembali percakapan yang sempat tertunda.
Hanya dua kali bertemu secara langsung, tetapi rasa dekat dan saling mendukung tersebut tumbuh begitu alami. Saya bersyukur mengenal sosok seperti Pak Alfian—seorang birokrat dengan jiwa intelektual dan empati sosial.Seseorang yang tak hanya sebagai pejabat di daerah, tapi juga ikut menjaga api literasi tetap menyala di ruang-ruang sunyi para penulis dan pegiat kata.
Semoga semakin banyak figur seperti beliau di lingkungan birokrasi.
Yang tidak hanya menjalankan amanah dan jabatan, tapi juga membangun dan menumbuhkan harapan. Terutama kisah dan perjalanan menulis saya di sela kesibukan sebagai abdi negara. Semoga sukses selalu.
Bandung, 20 Juli 2025