Di balik setiap gelar akademik, ada cerita-cerita yang jarang terdengar.
Cerita tentang perjalanan yang penuh liku, perjuangan yang tak kasat mata, dan keyakinan yang terus menyala dalam sunyi.
Sebagai pegiat literasi yang menaruh perhatian khusus pada dunia birokrasi pemerintahan, saya menyadari bahwa begitu banyak kisah perempuan luar biasa yang tersimpan rapi di balik rutinitas kerja dan tanggung jawab keluarga. Kisah-kisah yang sesungguhnya sangat layak untuk diabadikan, agar bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang tengah berjuang, terutama perempuan yang seringkali terjebak antara keinginan untuk berkembang dan keterbatasan peran dalam keluarga.
Percakapan saya dengan Nella—seorang alumni Akuntansi FEB Unand, birokrat, ibu dari 3 anak, seorang istri—membuka mata saya akan sebuah realitas yang sering terabaikan. Ia menempuh studi S2 dan S3 di luar negeri, membawa serta anak-anaknya yang masih kecil. Ia menjalani hari-hari penuh tantangan, antara ruang kelas dan ruang keluarga, antara tugas akademik dan tugas mengasuh anak. Namun yang paling mengagumkan, ia tidak menyerah. Justru di tengah keterbatasan itu, ia menemukan kekuatan dan makna baru dalam perjalanan hidupnya.
Dari kisah Nella, lahirlah keinginan untuk menulis. Menulis agar kisah-kisah seperti ini tak lagi hilang begitu saja. Menulis agar perempuan di birokrasi—yang mungkin masih ragu untuk melanjutkan studi atau berkarier lebih baik karena berbagai peran yang mereka emban—bisa melihat bahwa mereka tidak sendiri. Bahwa menikah dan punya anak bukanlah penghalang, melainkan sebuah bagian dari perjalanan yang penuh warna dan harapan.
Buku ini adalah undangan untuk merenung, berani bermimpi, dan terus melangkah meski langkah itu terkadang berat. Sebuah catatan kecil dari pengalaman nyata, yang saya harap dapat menjadi penyemangat dan pendorong bagi siapa saja yang ingin terus belajar dan berkembang.
Karena sesungguhnya, kemajuan tidak mengenal batas waktu, dan perjuangan perempuan selalu pantas untuk dikenang.
