Oleh : Adrinal Tanjung
Di hari-hari ini, ketika banyak rekan berlomba mengejar posisi dan jenjang jabatan yang lebih tinggi, saya justru memilih jalan yang berbeda—jalan untuk terus menulis dan berkarya.
Bukan karena tidak memenuhi syarat. Semua persyaratan administratif untuk naik ke posisi Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama telah saya lengkapi beberapa waktu yang lalu. Bahkan, saya pernah mencoba mengikuti proses bidding jabatan tersebut—sekali saja, untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa saya bisa. Tapi setelah itu, saya memilih mundur pelan-pelan dari arus itu. Saat itu saya tak lolos untuk menuju tahap berikutnya.
Menjadi pejabat struktural, mulai dari level pengawas hingga administrator, telah saya jalani selama 16 tahun. Itu adalah pengalaman yang sangat berharga. Di sanalah saya belajar banyak tentang tanggung jawab, pengambilan keputusan, kepemimpinan, serta dinamika birokrasi yang kompleks. Namun bagi saya, itu sudah cukup sebagai pengalaman.
Saya menyadari bahwa semakin tinggi jabatan, semakin besar pula tanggung jawab yang diemban.
Dan di sisi lain, semakin sempit pula ruang untuk berekspresi dan berkreasi.Beban administratif dan tuntutan jabatan seringkali menyita waktu dan energi, hingga ruang untuk menulis perlahan memudar. Dan saya tidak ingin kehilangan itu.
Justru ketika saya beralih ke jabatan fungsional madya, saya merasa kembali menemukan ruang yang lebih luas—untuk berpikir, menulis, dan menciptakan. Tidak sekadar melaksanakan tugas, menyusun laporan, tapi merangkai kata yang bermakna, menulis refleksi yang jujur, dan mendokumentasikan perjalanan hidup serta nilai-nilai yang saya yakini.
Bagi saya, jabatan hanyalah tangga kedinasan. Tapi karya adalah jembatan peradaban.
Jabatan akan berakhir. Namun tulisan bisa tetap hidup, menemani, menginspirasi, bahkan mungkin menuntun, meski saya sudah tidak lagi berada dalam lingkar tugas dan struktur.
Menulis, bagi saya, adalah bekerja untuk keabadian.
Ia bukan sekadar aktivitas, tapi kebutuhan jiwa.Ia menjadi cara saya menjaga semangat, menyimpan pelajaran, dan meninggalkan jejak kecil di tengah perjalanan panjang kehidupan.
Karena pada akhirnya,
saya ingin dikenang bukan karena posisi,
tapi karena nilai yang saya tinggalkan dalam tulisan.
Utan Kayu, 29 Agustus 2025