Oleh : Adrinal Tanjung
Pagi di Pantai Sanur terasa hangat dan cerah. Matahari naik perlahan, seolah memberi isyarat bahwa hari baru selalu layak disambut dengan harapan. Angin laut berembus pelan, membawa kenyamanan. Di momen seperti ini, kesadaran hadir begitu jernih, untungnya hidup masih terus berjalan.
Tak terasa sudah enam minggu berada di Pulau Dewata. Rentang waktu yang tidak singkat, namun juga tidak panjang. Cukup untuk memberi jarak dari rutinitas, cukup untuk menghadirkan banyak makna. Bali bukan sekadar ruang untuk melaksanakan tugas kedinasan, tetapi juga ruang belajar tentang ritme hidup yang lebih tenang dan lebih sadar.
Hidup, seperti pagi ini, memberi warna melalui segala dinamika. Ada lelah, ada tekanan, ada keheningan, juga ada syukur yang perlahan tumbuh. Di sela kesibukan, kesadaran sederhana justru menguat bahwa sabar dan syukur adalah sikap yang perlu terus dilatih.
Keduanya menjadi jangkar agar hati tidak mudah goyah oleh gelombang keadaan. Di pagi hari, ditemani alunan tembang Bernadya Untungnya Hidup Masih Terus Berjalan, perasaan itu kian menemukan bentuknya. Lagu itu seperti pengingat bahwa meski hidup tak selalu berjalan sesuai rencana, ia tetap bergerak. Dan selama hidup masih berjalan, selalu ada ruang untuk belajar, memperbaiki, dan memulai kembali.
Pulau Dewata dengan pesonanya menjadikan hidup selalu bermakna. Setiap langkah kecil sekalipun yang dijalani dengan kesadaran terasa menenangkan. Pagi di bawah cahaya Sanur yang bersahaja, hati terasa lebih lapang. Tidak semua pertanyaan harus dijawab hari ini. Tidak semua beban harus diselesaikan sekaligus. Cukup melangkah satu hari, satu niat baik, satu rasa syukur.
Dan ketika lirik lagu itu kembali terngiang, maknanya terasa semakin dekat dengan realitas hidup. Untungnya, bumi masih berputar Untungnya, ku tak pilih menyerah Itu memang paling mudah, untungnya, kupilih yang lebih susah. Sebagian lirik lagu yang meneduhkan hati.
Perjalanan waktu mengajarkan bahwa hidup tidak selalu tentang menemukan jawaban, melainkan tentang berani tinggal sejenak dalam keheningan dan mempercayai proses.
Seperti diingatkan oleh Gede Prama, “Kesedihan adalah bab penting dalam buku kehidupan yang tidak mau dibaca oleh banyak orang.” Namun justru dari bab-bab itulah keteguhan dilahirkan, kebijaksanaan ditumbuhkan, dan hati dilatih untuk tetap lembut. Selama hidup masih terus berjalan, setiap langkah adalah waktu untuk belajar, berserah, dan menyalakan rasa syukur.
Untungnya untungnya
Hidup masih terus berjalan.
Pantai Sanur, 20 Desember 2025



