Dari Gunung Cikuray ke Pulau Dewata

Selasa, 09 Desember 2025 Last Updated 2025-12-09T02:32:29Z


Oleh : Adrinal Tanjung

Pagi ini saya kembali menjejak Pulau Dewata. Setelah penerbangan selama satu jam empat puluh menit, saya kembali pada ritme aktivitas seperti sediakala. Melanjutkan tugas, amanah, dan pengabdian sebagai abdi negara. Lima hari jeda di Bekasi dan Garut terasa padat namun penuh berkah, terutama karena satu peristiwa sakral yang menggetarkan hati menyelenggarakan pernikahan putra tercinta.

Perjalanan berawal dari Denpasar menuju Jakarta di hari Rabu malam, lalu berlanjut ke Bekasi dan Garut di Hari Jumat. Gunung Cikuray menyambut kami dengan kesejukan alamnya di Sabtu pagi. Tiga hari menjelang acara, Garut selalu diguyur hujan. Di tengah persiapan yang dikejar waktu, saya sempat memendam kekhawatiran. Akankah hujan turun saat akad nikah yang digelar terbuka, menghadap megahnya Gunung Cikuray? Dalam sujud-sujud panjang, saya memohon agar Allah SWT menurunkan cuaca terbaik untuk hari yang tak akan terlupakan bagi keluarga besar kami.


Doa itu dikabulkan dengan cara yang begitu indah. Sejak pagi hingga sore, hari pernikahan berlangsung dalam cuaca cerah dan bersahabat. Alam seolah ikut merayakan. Akad nikah dengan adat Sunda terasa syahdu, hangat, lembut, dan penuh keteduhan. Gunung Cikuray berdiri sebagai saksi bisu, menghamparkan keindahan yang mempesona saat ijab kabul diucapkan dengan lantang. Momen sakral itu berlangsung dalam suasana penuh keharuan, disaksikan oleh dua keluarga besar yang hadir membawa doa terbaik.


Usai akad, acara dilanjutkan dengan resepsi bersama para tamu dan undangan yang berdatangan untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua pengantin dan keluarga. Suasana berlangsung meriah selama tiga jam, dipenuhi tamu yang membawa doa, harapan, dan kebahagiaan yang hangat bagi kami semua.


Sebelum akad dimulai, saya sempat menyampaikan dua pesan sederhana dalam sambutan kepada putra saya. Pertama, setelah menikah hendaknya ia dan istrinya selalu seia sekata, sebab keselarasan hati suami-istri adalah fondasi yang menguatkan rumah tangga. Saling mendukung, menerima kekurangan masing masing. 


Kedua, saya berpesan agar ia makin bersemangat menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana. Dua semester sudah dilalui. Tinggal dua semester ke depan yang harus dirampungkan. Pendidikan adalah investasi terbaik. Pendidikan adalah cahaya yang tak hanya mencerahkan jalan hidup, tetapi juga menjadi bekal menghadapi perjalanan panjang ke depan. Pesan sederhana, namun menyimpan makna mendalam.


Kini, setelah rangkaian kebahagiaan itu usai, saya kembali ke Denpasar. Kembali fokus menuntaskan tugas dan pengabdian. Semoga Allah SWT menganugerahi kesehatan, kekuatan, dan kejernihan hati, agar setiap langkah saya dapat menjadi kontribusi terbaik bagi bangsa. Saya haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara akad nikah hingga pelaksanaan resepsi pernikahan Ananda. 

Terima kasih juga kepada para tamu undangan hadir memeriahkan acara.


Dari kaki Gunung Cikuray hingga angin hangat Pulau Dewata, saya membawa satu kesadaran bahwa hidup adalah perjalanan yang diisi berbagai peristiwa. Ada saat kita cemas, lalu Dia menenangkannya dengan cuaca cerah. Ada momen kita berharap, lalu Dia menjadikannya kenyataan yang melebihi dugaan. Semoga setiap jejak langkah di darat, udara, dan di antara gunung dan laut selalu berada dalam lindungan dan berkah-Nya. Sebab selama hati tertambat pada syukur, setiap perjalanan bukan sekadar cerita, tetapi doa yang terus tumbuh menjadi keberkahan.

Pulau Dewata, 8 Desember 2025

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dari Gunung Cikuray ke Pulau Dewata

Trending Now

Profil

iklan