Oleh : Adrinal Tanjung
Jelang subuh ketika dunia masih terlelap, ada satu jam yang begitu tenang, memberi ruang bagi kata-kata tumbuh. Begitu pula jelang rehat malam, saat riuh hari mulai reda, satu jam kembali menjadi sahabat terbaik bagi renungan dan tulisan.
Dari kebiasaan sederhana itu, lahirlah beberapa buku. Bukan karena waktu yang banyak, tetapi karena satu jam yang dijaga dengan tekun dan penuh makna.
Kadang delay pesawat sekitar satu jam pun menjadi hadiah kecil. waktu tambahan untuk menulis, merenung, atau sekadar berdialog dengan diri sendiri.
Menulis, sejatinya, bukanlah menyiapkan waktu khusus. Ia bisa hadir kapan saja, di mana saja, asal ada niat untuk berbagi dan hati yang terbuka.
Kadang menulis lahir saat hati lapang, kadang justru saat kecewa datang menyapa. Dari rasa itulah kata menemukan maknanya, dan dari makna itulah tulisan menjadi jembatan untuk memahami hidup.
Menulis adalah cara paling sederhana untuk berdamai dengan diri sendiri. Satu jam yang diisi dengan niat tulus dan kata jernih, bisa menjadi bekal panjang dalam perjalanan batin seorang perangkai kata
Utan Kayu, 8 Oktober 2025