Oleh : Adrinal Tanjung
Nama Setyo Nugroho begitu lekat di benak saya, bukan sekadar karena jabatannya yang kini menjulang sebagai Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, melainkan karena kedekatan batin yang telah terbangun sejak satu dekade lalu. Ia bukan hanya pemimpin yang cakap dan visioner, tetapi juga pribadi yang hangat dan menyenangkan—sebuah kombinasi langka dalam birokrasi yang kerap terasa kaku dan berjarak.
Pertemuan pertama kami terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, di Bandara Soekarno Hatta. Kala itu, saya menuju sebuah kota untuk tugas, sementara Setyo sedang bersiap ke Jambi, menjalankan penugasan barunya. Dalam perjumpaan singkat itu, beberapa hal kami diskusikan. Di ujung pertemuan saya memberikan sebuah buku yang saya tulis, Anything is Possible. Sebuah buku yang saya tulis terkait perjalanan menulis tokoh daerah yang saya kenal dan karir saya yang sedang meningkat kala itu di Kementerian PAN RB. Sebuah pertemuan sederhana, tapi pertemuan itu adalah awal dari rangkaian hubungan baik yang terus terjalin hingga kini.
Seiring waktu berlalu, komunikasi kami sempat terputus karena tugas masing masing. Saya masih bertugas di Kementerian PAN RB, Setyo berkarir di BPKP. Namun, seperti halnya sahabat lama, tak perlu waktu lama untuk kembali terhubung. Lewat pesan singkat, kami saling bertukar kabar, saling memberi semangat.
Titik temu berikutnya adalah Yogyakarta, tempat Setyo menempuh Program Doktor di FISIPOL UGM, dan kala itu saya sering kali diundang dalam kegiatan Diklat MAP UGM. Dalam beberapa pertemuan, baik yang direncanakan maupun kebetulan, selalu ada ruang diskusi yang hangat dan reflektif.
Yang paling membekas bagi saya adalah pertemuan kami di sebuah pusat perbelanjaan di Yogyakarta, tahun 2018. Saat itu Setyo hampir merampungkan studinya. Di tengah kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk mendengar cerita saya—tentang karier saya sebagai pegawai BPKP yang sedang menjalankan tugas di Kementerian PANRB, dan tentang semangat saya untuk tetap menulis di sela-sela tugas negara. Ia mendengarkan dengan penuh perhatian, menyisipkan pandangan dan dorongan yang bijak. Bagi saya, itu bukan sekadar perbincangan, tapi penguatan batin untuk terus melangkah di jalan literasi.
Setyo Nugroho adalah salah satu sosok yang diam-diam menjadi penyemangat saya untuk terus menulis. Dalam banyak kesempatan, ia menyampaikan bahwa menulis adalah warisan intelektual yang tak lekang oleh waktu. Bahwa menjadi birokrat bukanlah penghalang untuk berkarya dalam bentuk lain, justru seharusnya menjadi ladang luas untuk merefleksikan nilai-nilai selama mengabdi sepagai abdi negara melalui tulisan.
Perjalanan karier beliau pun menjadi inspirasi tersendiri. Setelah merampungkan studi Doktoral di UGM Yogyakarta, Setyo sempat bertugas di Kantor Pusat BPKP. Tak lama kemudian dipromosikan sebagai Kepala Perwakilan BPKP Sulawesi Utara.
Saat bertugas di Perwakilan BPKP Sulawesi Utara beberapa kali komunikasi via WhatsApp terkait aktivitas saya di Komunitas Satu Birokrat Satu Buku (Sabisabu). Dukungan terus mengalir saat saya meminta testimony di buku terbaru saya Tribute to Ayah.
Dari Perwakilan BPKP Sulawesi Utara, langkah Setyo kemudian berlanjut sebagai Kepala Biro Manajemen Kinerja Organisasi dan Tata Kelola BPKP. Selama menjabat Kepala Biro di Kantor Pusat BPKP, beberapa kali saya berkunjung dan disambut hangat di ruang kerjanya.
Tak sampai dua tahun karir lulusan Master dari Flinders University ini kemudian berlanjut sebagai Kepala Perwakilan BPKP DIY, dan kini menduduki posisi strategis sebagai Deputi Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP melanjutkan kepemimpinan Raden Suhartono yang sudah purna tugas tanggal 1 Juni 2025 lalu.
Karir di BPKP yang dijalani dengan integritas, dedikasi, dan kerendahan hati akhirnya menemukan titik terbaik sebagai pejabat tinggi madya di BPKP.
Kini, ketika saya kembali bertugas penuh di BPKP, perjumpaan langsung di kantor Pusat BPKP memberi suntikan dan semangat baru. Sosok Setyo yang selalu hangat dan pemberi semangat. Setyo bukan hanya pimpinan di BPKP, yang layak jadi panutan. Namun juga sosok sahabat yang terus mendukung langkah saya sebagai birokrat-penulis.
Selamat dan sukses selalu, Pak Setyo Nugroho, di amanah barunya. Terima kasih atas keteladanan, kehangatan, dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
Pramuka 33, 18 Juni 2025