Oleh : Adrinal Tanjung
Perjalanan saya di dunia literasi tidak hadir secara tiba-tiba. Jauh sebelum dikenal sebagai penulis buku selain tugas utama sebagai abdi negara, benih-benih kepenulisan itu sudah saya semai sejak awal masa pengabdian sebagai pegawai negeri sipil di BPKP.
Tahun 1997, saya bertugas di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara. Di sanalah saya mulai aktif menulis, dan beberapa tulisan saya berhasil dimuat di harian lokal Manado Post. Pengalaman itu menjadi pijakan awal bahwa tulisan saya bisa hadir di ruang publik, menjangkau lebih banyak pembaca, dan membangun nilai di luar angka dan laporan pengawasan.
Seiring waktu, jalan kepenulisan saya terus berkembang. Memasuki awal tahun 2000, saya berpindah ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengawasan (Puslitbangsiswas) BPKP di Jakarta. Di unit ini, saya tidak hanya mendapat ruang untuk menulis, tetapi juga mendapatkan mentor yang secara serius membimbing saya untuk terus mengasah kemampuan menulis dengan lebih sistematis dan profesional. Di sinilah saya semakin memahami bahwa menulis dalam birokrasi bukan sekadar kegiatan teknis, melainkan proses berpikir, mengarsipkan nilai, dan menyampaikan ide secara konstruktif.
Puslitbangsiswas juga memiliki Warta Pengawasan, sebuah media internal yang menjadi wadah saya untuk menuangkan ide, terlibat dalam melakukan reportase, hingga melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh penting, baik di internal BPKP maupun di luar BPKP. Dari sini, saya belajar bahwa menulis tidak hanya soal narasi, tetapi juga tentang integritas informasi dan tanggung jawab dalam membangun perspektif publik.
Fase baru dimulai ketika pada tahun 2004 saya ditugaskan di Kementerian PAN RB. Di instansi inilah saya semakin menekuni kepenulisan secara lebih serius. Saat diberi amanah sebagai pejabat eselon IV—Kepala Subbidang, saya mendapatkan tambahan tugas mengelola majalah internal. Dari peran itulah, dunia literasi bukan hanya menjadi minat, tetapi juga menjadi jalan pengabdian yang saya pilih secara sadar dan penuh komitmen. Banyak pengalaman selama mengelola penerbitan internal di Kementerian PAN RB yang semakin memudahkan langkah saya untuk terus berkiprah di dunia literasi.
Selama 16 tahun di Kementerian PAN RB, saya terus menulis, menelurkan gagasan, dan menerbitkan buku demi buku. Hingga akhir tahun 2020, saya telah menulis puluhan buku. Setiap buku lahir dari proses refleksi panjang, interaksi dengan banyak pihak, dan dorongan kuat untuk memberikan sumbangsih nyata bagi peningkatan kualitas birokrasi di Indonesia. Selain itu, saya juga menulis tentang perjalanan, pertemuan, dan interaksi saya dengan berbagai tokoh, rekan, dan sahabat.
Setelah 16 tahun penuh dinamika dan karya di Kementerian PAN RB, awal tahun 2021 takdir membawa saya kembali ke BPKP. Sebuah lahan pengabdian baru sebagai abdi negara. Saya kembali dengan pengalaman yang lebih kaya, semangat yang lebih besar, dan tekad untuk menjadikan literasi sebagai bagian penting dalam membangun birokrasi yang lebih baik.
Di sinilah saya kembali bersua dengan para pejabat tinggi BPKP yang tidak hanya menjalankan peran sebagai pemimpin struktural, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai karya. Kedekatan yang terbangun bukan sekadar karena posisi, tetapi karena pengakuan terhadap proses panjang yang telah saya tempuh. Apresiasi mereka terhadap jalan yang saya pilih adalah bentuk dukungan moral yang tak ternilai.
Saya percaya bahwa jabatan memang penting. Tapi karya, dengan segala konsistensinya, punya kekuatan yang lebih tahan lama. Karya bisa menjangkau lintas generasi, menembus batas struktural, dan menjadi penanda bahwa birokrasi pun bisa punya jiwa dan narasi.
Kini, hasil-hasil kecil mulai menampakkan wujudnya. Di BPKP, yang memiliki unit kerja khusus dalam pengelolaan pengetahuan, kiprah saya perlahan menemukan tempat yang lebih strategis. Ruang-ruang diskusi literasi terbuka lebih lebar, semangat berbagi semakin tumbuh, dan gairah menulis semakin menyala.
Saya bersyukur mendapat kesempatan berharga ini, meski saya sadar, perjalanan masih panjang. Namun selama semangat itu tetap menyala, saya akan terus menulis. Karena bagi saya, menulis bukan sekadar kegiatan, melainkan sebuah panggilan jiwa.
Bekasi, 22 Juni 2025