Oleh : Adrinal Tanjung
Pensiun sering kali dianggap sebagai akhir dari perjalanan, seolah setelahnya hidup berjalan lebih pelan dan kehilangan denyutnya. Namun sejatinya, pensiun bukanlah titik henti, melainkan gerbang baru menuju fase kehidupan yang lebih jernih, lebih tenang, dan lebih bermakna. Di sanalah seseorang tidak lagi dikejar waktu, melainkan mulai mengelola waktu dengan penuh kesadaran.
Masih ada lima tahun masa aktif sebagai abdi negara. Waktu yang bukan sekadar sisa masa kerja, tetapi ruang emas untuk menyiapkan masa depan dengan lebih matang. Hampir tiga dekade pengabdian tentu menyimpan begitu banyak cerita. Tentang kerja keras, tanggung jawab, dinamika organisasi, kepemimpinan, dan pelajaran hidup yang tak ternilai. Semua itu bukan untuk dilupakan, melainkan diwariskan sebagai cahaya bagi generasi berikutnya.
Pengalaman panjang ini perlahan membentuk kesadaran baru bahwa kebahagiaan di usia pensiun tidak hadir begitu saja. Ia tumbuh dari kesiapan mental, keberanian merancang masa depan, dan kesadaran bahwa hidup tetap harus produktif dengan cara yang berbeda. Pensiun bukan kehilangan peran, tetapi transformasi peran dari pelaku utama menjadi penutur hikmah dan penggerak nilai.
Pertemuan dan diskusi dengan para senior yang telah purna tugas semakin membuka cakrawala. Banyak di antara mereka yang justru menemukan fase paling damai dalam hidupnya setelah lepas dari jabatan. Ada yang menekuni dunia sosial, memulai bisnis, fokus pada keluarga, memulai hobi lama, ada pula yang menemukan makna baru melalui karya dan tulisan. Dari mereka terpancar satu pesan yang sama pensiun adalah kebebasan untuk tetap bermanfaat dengan cara yang lebih personal dan bermakna.
Pengalaman menulis buku beberapa tokoh daerah termasuk capture knowledge bagi para pejabat senior yang memasuki masa purna tugas menjadi penguat keyakinan bahwa tulisan adalah warisan yang tak lekang waktu. Di sanalah pengalaman, pemikiran, dan kebijaksanaan tidak berhenti pada satu generasi, tetapi mengalir sebagai inspirasi bagi banyak orang.
Dua dekade menulis dan lebih dari 50 buku yang telah lahir bukanlah sekadar angka, melainkan jejak dedikasi dan cinta pada dunia literasi. Rencana mengembangkan bisnis kepenulisan serta berbagi pengalaman menulis kepada sesama abdi negara adalah langkah menarik. Sebuah panggilan untuk tetap menyalakan pelita ilmu, bahkan ketika masa tugas formal telah usai.
Bahagia di usia pensiun bukan tentang berhenti berkarya, melainkan berkarya dengan lebih merdeka. Bukan tentang mengakhiri perjalanan, tetapi memulai perjalanan baru yang lebih selaras dengan nurani. Di fase ini, hidup bukan lagi tentang mengejar, melainkan tentang memberi, berbagi, dan menanam kebaikan yang lebih luas.
Pensiun kelak akan datang sebagai tamu yang tak perlu ditakuti. Ia hadir bukan untuk mengurangi nilai diri, melainkan memperluas makna hidup. Dan ketika masa itu tiba, perlu disambut dengan senyum penuh syukur. Menjalani babak baru dengan hati yang lapang dan semangat yang tetap menyala.
Berkarya adalah bentuk syukur, dan berbagi adalah jalan menuju kebahagiaan sejati. Bahagia di usia pensiun bukan mimpi yang jauh. Ia sedang kita siapkan hari ini, melalui kesadaran, keberanian, dan keyakinan bahwa setiap fase kehidupan selalu menyimpan keindahan bagi mereka yang mau memaknainya.
Usia pensiun adalah tentang pulang bukan sekadar pulang dari rutinitas, tetapi pulang pada diri yang lebih utuh, lebih tenang, dan lebih mengenal makna keberadaan. Setiap langkah yang pernah ditempuh, setiap peluh yang pernah jatuh, dan setiap doa yang pernah terucap akan menjelma menjadi taman kebijaksanaan yang meneduhkan banyak jiwa.Usia pensiun adalah anugerah bagi mereka yang telah menghidupi hari-harinya dengan integritas, kesungguhan, dan cinta yang tak pernah padam untuk terus memberi arti.
Pulau Dewata, 26 November 2025




