Oleh : Adrinal Tanjung
Dari balik tutur yang pelan dan tertata, tersirat banyak pelajaran. Tentang perjalanan, tentang keikhlasan, tentang bagaimana seorang auditor negara bisa tetap menjadi manusia yang utuh—yang bekerja bukan hanya dengan pikiran, tetapi juga dengan hati. Dari beberapa kali pertemuan, tulisan ini bermula. Untuk merangkai kembali jejak panjang pengabdian seorang Raden Suhartono.
Dalam senyap, tanpa gemuruh sorak, bukan pula dengan hiruk-pikuk pencapaian yang dirayakan besar-besaran. Mengabdi dalam diam, menanam nilai, merawat kepercayaan, dan perlahan—tanpa tergesa—menjadi teladan.
Per 1 Juni 2025, Raden Suhartono akan resmi memasuki masa purna tugas setelah hampir empat dekade mengabdi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Sebuah perjalanan panjang yang bukan hanya mencerminkan ketekunan seorang auditor negara, tetapi juga ketulusan aparatur negara yang bekerja dengan hati.
Memulai langkah sebagai auditor terampil di BPKP Provinsi Bengkulu pada 1988, Raden Suhartono meniti karier bukan lewat pintasan, melainkan jalur panjang penuh ketekunan. Bahkan, ketika pernah gagal tiga kali dalam seleksi D-IV STAN—suatu kegagalan yang bagi banyak orang mungkin jadi akhir dari mimpi—Raden justru menempa diri melalui jalan yang berbeda. Ia memilih untuk tetap belajar, melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro, dan membuktikan bahwa jalan menuju keberhasilan tidak hanya satu.
Di usia 45 tahun, setelah lebih dari 20 tahun mengabdi, ia mendapatkan promosi pertama sebagai Kepala Bidang. Sebuah proses yang tidak pendek, tapi penuh pelajaran. Di sanalah kita belajar darinya: bahwa kesabaran bukan kelemahan, dan bahwa kesetiaan pada proses adalah kekuatan sejati.
Dari Perwakilan BPKP Sulawesi Tengah berlanjut ke Perwakilan BPKP Jawa Tengah. Saat di Jawa Tengah dengan kenyamanan berkumpul bersama keluarga, jalan takdir kemudian membawa promosi ke Perwakilan BPKP Bangka Belitung. lalu berpindah ke Perwakilan BPKP Kalimantan Barat.
Raden menjawab setiap penugasan dengan penuh integritas. Ia tidak hanya menghadirkan pengawasan sistemik, tetapi juga sentuhan kemanusiaan dalam pengawasan. Ia memahami bahwa mengawasi bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk membangun perbaikan. Pendekatannya bersifat membimbing, bukan menghakimi.
Sebagai Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Raden membawa nuansa kepemimpinan yang tenang namun kuat. Ia tidak memimpin dengan suara tinggi, tapi dengan keteladanan yang tenang. Ia tidak banyak berbicara soal nilai, tapi menjadi nilai itu sendiri dalam kesehariannya. Dalam dunia birokrasi yang sering digambarkan kaku, Raden Suhartono hadir sebagai wajah yang humanis—seorang birokrat plus auditor yang tetap menjadi manusia utuh.
Kini, saat beliau bersiap melepas tanggung jawab jabatan, kami mengucapkan terima kasih yang tulus. Terima kasih atas ketekunan yang tidak lelah, atas dedikasi yang tidak lekang, dan atas pengabdian yang membekas dalam keteladanan. BPKP beruntung pernah menjadi tempat pengabdian sosok seperti Raden.
Dan bagi kami, yang pernah berjalan seiring, belajar darinya, dan menyaksikan keteguhan itu dari dekat — kami tidak hanya melepas seorang pimpinan, tapi juga seorang guru kehidupan.
Selamat memasuki masa purna tugas, Bapak Raden Suhartono.
Semoga masa yang baru ini memberi ketenangan dan kebahagiaan, sebagaimana selama ini Bapak memberi inspirasi dan keteladanan. Terima kasih telah menunjukkan bahwa jabatan bisa dijalani dengan keikhlasan, dan bahwa pengabdian sejati tidak selalu perlu panggung—cukup dengan hati. Semoga senantiasa diberikan kesehatan sepanjang usia dan bahagia bersama keluarga.
Pramuka 33, 23 Mai 2025