30 menit berharga jelang shubuh. Saat dunia masih sunyi dan hati mulai berbicara lebih jernih, saya kembali belajar menjalani hidup dengan cara paling sederhana. Hidup jujur, apa adanya, tanpa perlu topeng atau ambisi yang berlebihan. Keheningan jelang shubuh selalu mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar, tetapi dari kemampuan menerima hidup dengan syukur yang tulus.
Saya kembali bersiap menyambut tugas–tugas yang tentu sudah menunggu untuk dirampungkan. Namun sebelum memasuki riuhnya aktivitas, saya memilih berhenti sejenak. Saya mengambil ruang hening untuk merefleksikan diri dan merangkai kata. Menulis di pagi hening bukan hanya rutinitas, tetapi cara menjaga kejernihan hati di tengah dinamika kehidupan.
Sebab hidup yang berbahagia bukan hanya tentang menyelesaikan banyak hal, tetapi tentang kemampuan melihat ke dalam, merefleksikan perjalanan, dan mensyukuri setiap langkah yang telah diizinkan terjadi.
Di titik inilah saya kembali berkata I love Monday. Bukan karena Senin selalu mudah, melainkan karena Senin selalu memberi kesempatan baru untuk tumbuh, memperbaiki diri, dan memulai dengan hati yang lebih bening.
Hidup yang reflektif adalah hidup yang penuh syukur. Dan dari sanalah kekuatan untuk melanjutkan hari bermula.
Pada akhirnya, menjalani hidup tidak perlu disertai rasa cemas. Setiap hari adalah anugerah, setiap langkah adalah titipan, dan setiap kesempatan adalah tanda kasih sayangNya. Ketika hati tenang dan pikiran jernih, kita menyadari bahwa hidup tidak menuntut kita untuk sempurna. Hidup untuk hadir, berusaha, dan bersyukur.
Dengan kesadaran itu, setiap Senin menjadi lebih ringan, setiap perjalanan lebih bermakna, dan setiap hari terasa layak dirayakan dengan penuh syukur.
Denpasar, 17 November 2025


