Oleh : Adrinal Tanjung
Lima belas menit terakhir sebelum jarum jam menutup hari kerja, waktu terasa seperti bisikan halus yang mengajak hati melambat, menyerahkan lelah pada sore, dan menyambut akhir pekan dengan napas panjang penuh kelegaan.
Langkah pun bersiap menuju Pantai Sanur, tempat laut mengajarkan tentang ketenangan, tempat ombak menjadi zikir yang tak putus-putus, dan angin sore mengusap jiwa yang penat tanpa bertanya.
Di antara warna jingga yang perlahan merekah di ufuk barat, hening sejenak menjadi ruang kecil untuk bercakap dengan diri, merenungi perjalanan hari ini, dan menyadari betapa banyak nikmat yang sering luput dari perhatian.
Saat adzan Magrib menggema dari Masjid Al Ihsan, langkah berhenti, hati menunduk, sujud menjadi bahasa paling jujur antara makhluk yang rapuh dan Rabb Yang Maha Pengasih.
Di sanalah jiwa tersentuh oleh kesadaran paling dalam, sebuah seruan yang tak hanya terdengar, tetapi meresap hingga ke relung terdalam:
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Senja pun berubah menjadi pelajaran, bahwa hidup bukan hanya tentang berlari, melainkan juga tentang berhenti sejenak, merasakan, mensyukuri, dan kembali pulang pada ketenangan yang hakiki.
Denpasar, 21 November 2025


